Canda di Suatu Petang


Gelak tawa meramaikan suasana petang itu. Inilah bahagianya hidup bersama keluarga. Keluarga yang kamu lahir dan tumbuh di dalamnya, atau bahkan keluarga yang memang kau bangun sendiri bersama istri tercinta. Apapun dan bagaimanapun keluargamu, syukurilah karena di sana ada sejuta cinta sekaligus pahala yang berlimpah.

Tawa itu tercipta dari keponakan pertama yang membahas rambutnya, lurus dan tidak. Dalam pembicaraan bersama ibu dan ayahnya, tercipta satu premis bahwa orang yang berambut lurus adalah orang Ngawi (ayahnya), sedangkan orang yang berambut keriting adalah orang Getas, Magetan (ibunya). Lalu ia pun mulai membandingkan satu dengan lainnya.

Aku duduk di sampingnya, bapak dan ibuku duduk di belakangnya, sedangkan ayah dan ibunya duduk di seberangnya. Adiknya, hanya diam asyik dengan jajanan yang tengah di makan. Kami duduk bersama di ruang keluarga, menikmati sajian buka sembari bercengkerama. Ia pun mulai memandangi rambut kami satu per satu.

"Nah, itu om Angga rambute kriting, berarti wong Getas! Amah (ibunya) rambute kriting, kakung rambute kriting kabeh wong Getas! Lha uti rambute lurus, wong Ngawi! Aku rambutku lurus berartiii..."

"wong Ngawi to..?!" sahut ayah dan ibunya serentak.

"Moh.. aku wong Getas pokoke!"

"Yo wong ngawi lah... kan rambutmu lurus, lha ntar calon tantemu rambute juga lurus lho dan mbak 'itu' rambutnya lurus juga." celetukku sekenanya ikut mencairkan suasana. Meski sejatinya aku juga belum tahu seperti apa rambut calon tante untuk keponakanku ini, gelak tawa pun pecah dan riuh sanggahan keponakanku menambah ramai suasana petang itu.

Jiwa pun tenang, ada energi yang mengalir dalam tawa di sebuah keluarga. Inilah salah satu kebutuhan hidup manusia. Bukan makanan, bukan pula uang, tetapi satu ketenangan yang itu tercipta dari rasa kasih sayang. Berbahagialah kalian yang menikmati hadirnya keluarga di tengah liku-liku kehidupan.

Komentar