Komentar untuk Travel Writer Diaries

Begitulah Teguh Sudarisman menulis judul bukunya yang bercerita tentang perjalanan mengelilingi beberapa pelosok negeri Indonesia. Walau belum semua tempat di Indonesia tersampaikan dalam buku dengan tebal 274 halaman, tetapi Teguh Sudarisman mampu menyajikan potensi tak terhingga yang dapat digali di setiap sudut negeri. Selain itu, aku yang pada dasarnya memang suka jalan-jalan, tetapi tidak memiliki banyak waktu dan uang, menjadi begitu menggebu untuk turut serta menuliskan catatan perjalanan dari tiap tempat yang telah kukunjungi, juga tertantang untuk memimpikan jalan-jalan ke pelosok negeri Indonesia.

Buku ini memiliki kekuatannya tersendiri dalam mengemas catatan perjalanan. Penggambaran setting cukup kuat sehingga pembaca seolah ikut dibawa serta dalam tiap perjalanan yang telah dilakukan oleh penulis. Selain itu, tulisan catatan perjalanannya juga mengandung satu ulasan mendalam atas informasi yang ada di lokasi yang diulas. Misalnya, informasi mengenai cara pembuatan mutiara buatan dalam tulisan berjudul “Mutiara Bali Utara”, informasi tentang jenis olahan mangut dalam tulisan “Rumah-rumah Mangut”, dan banyak informasi penting lainnya yang terasa sangat hidup di tiap judul tulisannya.

Selain informasi detail di setiap catatan perjalanannya, Teguh Sudarisman telah mengawali dengan satu motivasi untuk menuliskan catatan perjalanan dari tiap pembaca. Agar para pembaca mau untuk menuliskan perjalanan yang niscaya ada pemaknaan di dalamnya. Selain mengajak pembaca untuk mau menulis catatan perjalanan di bagian awal, Teguh juga memberikan kejutan di penghujung buku dengan judul tulisan “Travel Writer: The Best Job in the World?”. Dalam tulisan tersebut, Teguh mengejutkan pembaca dengan memastikan bahwa setiap orang mampu menjadi seorang travel writer, tanpa ada alasan yang klise seperti umur yang telah tua, atau bidang pendidikan yang tidak sesuai, hingga halangan-halangan klise lainnya. Aku pun terpacu untuk benar-benar mencoba menjadi seorang travel writer.

Kekuatan lainnya dari tulisan Teguh Sudarisman adalah kemampuannya menulis lebih dari satu karya dengan membidik fokus bahasan yang berbeda pada satu tempat yang sama. Pembahasan yang mendalam terhadap suatu hal menjadi kemampuan tambahan yang menguatkan sebuah catatan perjalanan.

Adapun kekurangan dari buku ini adalah penyusunan karya satu tempat yang diletakkan berbeda-beda. Mungkin ini satu kekuatan juga, tetapi pada titik tertentu kurasakan peletakan yang berbeda membuat pikiran meloncat-loncat atau terpaksa membuka kembali tulisan sebelumnya hanya sekedar memastikan bahwa tulisan judul ini memiliki tempat yang sama dengan tulisan sebelumnya. Selain itu, foto-foto yang ditampilkan dalam buku sudah menjadi satu kekuatan. Sayangnya, foto-foto yang bagus itu ditampilkan dalam warna monokrom atau hitam putih. Walaupun dengan warna yang hitam putih ini menjadi satu kekuatan yaitu menekan harga produksi atau harga jual buku, tetapi jika fotonya berwarna, niscaya harga jual akan lebih tinggi dan tentunya hasilnya akan lebih baik lagi.

Namun secara keseluruhan, kekurangan yang kusebutkan di atas rasa-rasanya hanya sebuah proses mengada-ada agar ulasan tentang kekurangan buku ini terisi. Dengan demikian, nilai positif dari buku ini lebih mendominasi dari pada kemungkinan adanya kekurangan dari buku tersebut. Oleh karena itu, aku sangat merekomendasikan untuk membaca buku ini dengan beragam tujuanmu tersendiri selaku pembaca. Mungkin kamu ingin menjadi seorang travel writer, atau mungkin kamu ingin merasakan sensasi berkeliling Indonesia tanpa harus menuju lokasi-lokasi tersebut. Membacalah, maka dunia akan seluas bacaan yang telah kau lahap.

Komentar