berproses

15.03.2011
diskusi bersama dengan mas Joni Ariadinata di rumahnya. niat awalnya adalah silaturahim. ya, namanya silaturahim tentunya ada hal menarik yang akan dibahas ataupun dibicarakan. pertanyaan pun diluncurkan bersama dengan "kekakuan" sikap yang memang sudah tidak bisa ditutupi lagi. mungkin ini adalah salah satu efek dari bertemunya calon penulis dengan penulis yang sesungguhnya.

beberapa pertanyaan diluncurkan. akhirnya pembicaraan pun mengalir bak air jernih dari hulu ke hilirnya. ah, sekilas saya sangat menikmati pembicaraan ini. namun, beberapa saat setelahnya, saya menemukan celah perbedaan. tapi, tak apalah... bisa diabaikan kok.
beberapa hal yang menjadi bagian penting dan mampu menginspirasiku dari mas Joni Ariadinata adalah semangat beliau yang meletup dan berkali-kali menekankan bahwa usia muda harus dioptimalkan dan seharusnya bisa lebih optimal daripada mas Joni. kenapa? karena mas Joni memulai karier menulisnya saat usianya menginjak 30 tahun. nah, sudah SEHARUSNYA yang lebih muda dari itu jika sungguh-sungguh mewujudkan keinginannnya itu niscaya impiannya menjadi seorang sastrawan atau budayawan pasti akan terwujud. bismillah... ayo..ayo..ayo..!
setelah membicarakan perjalanan dan perjuangan beliau di masa lalu, beliau membagi cerita tentang kesuksesan bangsa barat dalam membangun paradigma dan peradaban bangsanya. ya, proses pembangunan peradaban itu melalui membaca, membaca, dan membaca. apa yang dibaca? itulah buku-buku dan karya sastra. beliau menceritakan pengalamannya saat "masuk" ke kelas IV sekolah internasional dengan murid-murid internasionalnya juga. apa yang menarik dari sana? ya, anak seusia itu telah melahap lebih dari 100 buku sastra. kenapa sudah sebanyak itu? dan bagaimana dengan indonesia?
pertama, mereka sudah sadar bahwa usia anak-anak adalah usia emas yang bisa dikondisikan sesuai dengan harapan kita pada anak-anak tersebut. kenapa sastra? karena sastra merupakan salah satu pondasi kuat untuk membangun dan memngenalkan peradaban bangsa itu sendiri. kesadaran ini dapat kita temukan pula dalam mata kuliah sastra yang masih diajarkan dalam jenjang studi strata-2. [ouch, Indonesia. kapan pemerintah mendukung program mencerdaskan bangsa melalui baca dan tulis ini ya?]
kedua,Indonesia masih belum sadar benar peran penting adanya sastra dalam kehidupan. untuk satu hal ini, saya diingatkan oleh mas Joni Ariadinata terkait peran penting sastra dalam islam. Umar pun pernah berujar terkait sastra ini. Allah secara spesial menurunkan kitab yang bernilai sastra tinggi. bahkan sampai detik ini belum ada yang menandingi tingginya nilai sastra yang terkandung dalam al-quran. selain itu, dalam perang pun peran syair dari para penyair muslim saat itu juga tidak bisa dianggap remeh kan?!

akhirnya, mas Joni berpesan untuk benar-benar serius dalam proses menuju impian yang diinginkan; penulis, sastrawan,budayawan, kolumnis. fokus dan matangkan diri dalam salah satu bidang. selanjutnya akan lebih mudah dalam proses pengembangan selanjutnya...

Komentar