UGM UNTUK LINGKUNGAN BELAJAR

Banyak sekali definisi yang dibuat untuk mengartikan kata belajar. Ada yang mengartikan belajar sebagai suatu potensi perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Ada pula yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jika dirangkum sebagai suatu kesatuan, tak salah jika belajar didefinisikan sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon yang berpotensi untuk merubah pola pikir dan perilaku seseorang.

Stimulus berdasarkan asalnya dapat berasal dari suatu kejadian natural atau alamiah semisal pengalaman, dan dapat pula berasal dari suatu proses yang diciptakan dengan sengaja, misalnya pendidikan, instruksi, dan latihan yang kontinyu. Hasil interaksi antara stimulus dan respon erat kaitannya dengan faktor lingkungan, yang diberikan dalam bentuk penghargaan atau hukuman. Seseorang yang mendapatkan penghargaan atas respon stimulus yang dilakukannya akan berespon dengan cara yang sama lagi dengan apa yang dilakukan sebelumnya. Begitu pula sebaliknya. Inilah yang dinamakan belajar. Jika dirumuskan, stimulus yang baik akan memicu respon yang baik dan akan memberikan hasil pembelajaran yang baik pula.

Menilik pada fungsi lembaga pendidikan sebagai pemberi atau pencipta stimulus, banyak yang harus diperhatikan olehnya dalam usaha meraih predikat sebagai lingkungan belajar yang baik. Sederhana saja, ia harus memperhatikan baik komponen stimulus maupun respon dari perumusan di atas. Sudah umum diketahui bahwa suatu lembaga pendidikan yang baik itu harus memiliki kualitas bahan ajar, pengajar, dan sistem ajar yang baik. Dan rasanya Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu perguruan tinggi yang tertua dan terbaik di Indonesia tak akan lupa akan hal-hal semacam itu. Sekarang yang menjadi tantangannya adalah bagaimana kita meningkatkan respon mahasiswa sebagai objek dalam konteks ini.

Respon satu orang dengan orang lain terhadap suatu stimulus jelas berbeda. Hal ini berkaitan tipe dan karakter orang yang berbeda-beda. Faktor pembeda tersebut antara lain: tempat, waktu, gaya belajar, serta pengaruh teman dan lingkungan.

Dalam hal tempat, semua orang menginginkan adanya suatu kenyamanan. Jadi dibutuhkan suatu tempat belajar yang memadai dan nyaman. Sekarang dengan penataan lingkungan yang baik taman pun bisa menjadi tempat belajar yang efektif. Dalam hal waktu, tak semuanya setuju bahwa pagi atau siang hari merupakan waktu yang cocok untuk belajar, sehingga penyediaan fasilitas hingga malam hari bisa menjadi suatu gagasan yang perlu dipertimbangkan.

Visual, auditorial, dan kinestetik merupakan contoh gaya belajar. Ketiga perbedaan gaya belajar inilah yang sepatutnya diperhatikan oleh suatu lembaga pendidikan, dalam artian fasilitas yang ada harus menunjang 3 tipe gaya belajar tersebut. Visual misalnya, dipresentasikan dengan referensi-referensi perpustakaan yang mencukupi dan alat peraga yang inovatif; auditorial dipresentasikan dengan penyediaan pengajar dengan teknik presentasi yang baik dan komunikatif; serta kinestetik dipresentasikan dengan menyelipkan sesi diskusi dalam cakupan pembelajaran tersebut. Dan masih banyak hal lagi yang dapat dilakukan. Gaya belajar yang tersokong dengan baik berkaitan erat dengan keinginan belajar yang tinggi.

Pengaruh teman dan lingkungan memang tidak dapat diintervensi secara langsung. Namun dengan banyaknya acara positif yang diselenggarakan dalam perkuliahan dan adanya komunitas mahasiswa, ia dapat membentuk kepribadian positif yang berpengaruh dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Sebagai contoh, sifat keterbukaan baik sekali perannya dalam memajukan ilmu pembelajaran ini. Tak hanya mahasiswa tentunya, pengajar pun juga semestinya paham akan hal ini.

Bagaimana dengan UGM? Kini sudah baik sekali fasilitas hot-spot sudah bisa ditemukan di setiap sudut kampus. Artinya stimulus tak lagi secara monoton bersumber dari pengajar. Akses informasi saat ini sudah baik sekali dengan adanya penerapan teknologi informasi di setiap bidang ilmu. Tata lingkungan juga sudah mulai diperhatikan, begitu pula dengan banyaknya event-event positif yang selalu diselenggarakan oleh UGM. Lalu apakah setiap mahasiswa jika belajar di UGM pasti akan pintar dan sukses? Jawabannya belum tentu. Karena di atas, dalam faktor-faktor yang mempengaruhi respon seseorang, ada satu hal yang belum dimasukkan di sana, yaitu minat dan bakat. Banyak ditemukan kasus dimana minat dan bakatnya tidak sesuai dengan fakultas tempatnya mengenyam pendidikan. Bagaimana mengatasinya? Sebuah teka-teki bagi pemilik wewenang akademik UGM tercinta ini.



Muhammad Fajar Mukharam

FKU UGM

Komentar