Kita [1]

Tak terasa, ternyata sudah hampir empat tahun aku melepaskan status sebagai anak SMA. Tapi kenapa ya aku masih harus mengingat masa SMA ini?! ah, tentu banyak hal yang membuatku ingin tetap mengenangnya. Mungkin begitu juga dengan dirimu, kawan! Ijinkan aku untuk berbagi kisah kali ini. berbagi cerita dan kembali mengenang masa penuh semangat dan penuh dengan gairah perubahan serta gejolak pencarian jati diri.
Saat itu adalah hari pertamaku mengenakan celana panjang untuk pergi ke sekolah.
Ada hal yang berbeda rasanya. Ini sepertinya mengganggu langkahku, pikirku di awal. Beberapa saat di perjalananku menuju rumah, tiba-tiba ada seorang pengendara motor yang berhenti seraya mengajakku turut serta. Kupandang wajah tak asing itu. ya, dialah ayahku. Tanpa pikir panjang aku turut serta bersamanya.

“kok pangkling, ternyata anakku sekarang sudah pake celana panjang ke sekolah!” komentar ayah saat melihatku mengenakan seragam abu-abu itu. aku pun hanya diam tanpa berkomentar apapun. Kurasa saat itu terik matahari lebih menyita perhatian daripada celetuk sayang seorang ayah.

Waktu pun terus berjalan. Dinamika dan pergolakan jiwa seorang pemuda terus saja berlanjut. Layaknya pemuda lainnya, di masa sekolah ini aku menemukan beberapa kosa kata kehidupan; persahabatan, kebencian, perjuangan, kesedihan, perubahan, persaudaraan, dan tak luput satu kata yang selalu menjadi bumbu dalam kehidupan manusia, yakni Cinta.

Aku pun menemukan betapa luasnya makna kata ini. betapa bodohnya dia yang hanya selalu mengidentikkan kata itu dengan maksud ikatan antara seorang bani adam dan hawa saja! ya, walau tak bisa dipungkiri bahwa hubungan “rumit” antara pria dan wanita inilah yang selalu jadi angin penuh jebakan. Ah, sementara aku tak ingin membahas yang satu ini. sudah terlalu sering aku dikejutkan dengan kisah-kisah cinta “indah” mereka. Hah, cerita “indah”. Sungguh, cerita itu sangat indah sampai ada temanku yang berujung di pelaminan dengan membawa janin suci di rahimnya. Sangat “indah” bukan?! [miris]

Sekarang, ijinkan aku untuk menunjukkan betapa sebenarnya cinta adalah sebuah ikatan suci. Cinta ini begitu berarti. Karena cinta yang sesungguhnya adalah sebuah perasaan, bukan ucapan, bukan obrolan, bukan pula bualan. Tapi cinta adalah sebuah pembuktian, perbuatan, dan rasa yang terhunjam kuat dalam hati. Untuk memperkuatnya, tentunya kita harus tunduk dan patuh pada Dia yang membolak-balikkan hati, pada Dia yang merajai hati manusia, merajai segalanya!

Perasaan cinta itu kutemukan dari sebuah lingkaran kecil yang dulu sering kita hadiri bersama, kawan! Ingatkah engkau, saat kita duduk bersama di serambi selatan masjid bercanda sambil menanti hadirnya seorang dokter? Ingat pulakah engkau dengan rengekan seorang balita yang meminta susu kepada abinya di waktu kita tengah serius mendengar penjelasan tentang hijab ikhwan dan akhwat?! Saat itu pula, ummi sang anak juga melakukan hal sama yang seperti abinya, mengisi liqo akhwat di sebelah tempat kita melingkar. Ingatkah engkau siapa Murabbi kita ini?

Oya, aku juga masih ingat dengan sebuah kisah saat malam hari menjelang ramadhan. Ehmm... nampaknya malam itu menjadi malam yang paling mengharukan untukku dan beberapa teman yang lain. Masih terekam jelas janji yang terucap di malam itu. apakah engkau masih mengingatnya juga?! Di malam itu juga, isak tangis itu menjadi saksi bahwa ada ikatan hati diantara kita semua. Ikatan untuk tetap saling menjaga dan mengingatkan saudara seperjuangan, untuk tetap bersama menapaki langkah kebaikan dan bersama-sama menggapai cintaNya.

Mungkin masih ada segudang lagi kisah yang tersimpan dalam bilik kecil hati kita yang terdalam. Aku meyakininya bahwa kita semua punya gurat-gurat ingatan mengenai masa-masa ini. tak salah kiranya jika kita mengenangnya untuk mengambil semangat menggebunya, untuk mengambil masa indahnya dan menyemangati kita dalam perjuangan panjang ini. kawan, aku merindukan kehadiran kalian! Sekarang, apa yang tengah engkau kerjakan? Aku yakin engkau pasti tengah disibukkan dengan segudang kebaikan, engkau juga tengah disibukkan dengan rencana-rencana jangka panjang membangun peradaban bangsa ini, engkau juga disibukkan dengan daftar target kebaikan yang belum bisa diraih saat ini.

Pada lingkaran kecil yang kita buat beberapa silam lalu, kutitipkan cinta dan berjuta keindahan untuk nanti kuambil lagi, untuk nanti kerajut kembali atas nama persaudaraan, atas nama kokohnya tekad dalam hati. Kini, hal yang bisa kulakukan adalah menitipkan, merasakan, dan merajut cinta itu pada lingkaran-lingkaran kecil yang setiap pekan kujumpa di sini. mungkin benar orang itu berbeda, mungkin benar jarak kita kini terpisah, mungkin benar kondisi kita sudah tak sama, tapi ada satu kebenaran yang kuyakini. Kebenaran yang akan kugunakan untuk mengambil kembali cinta dan berjuta keindahan yang telah kutitipkan pada lingkaran kecil di Magetan. Kebenaran ini adalah kita selalu mengingat masa indah itu dan kita selalu bersemangat dalam berbuat baik, memperbaiki diri hingga jantung kita lelah menemani semangat besar itu! akankah kita bertemu kembali dalam satu lingkaran kecil yang sama? Entahlah, biarkan saja rajutan cinta antar lingkaran kecil ini terus mengalir melalui semangat yang kita salurkan di setiap pertemuannya. Percayalah, kita akan saling merasakan semangat itu meski jarak menjadi jurang pemisahnya. So, mari salurkan semangat itu dan kita rasakan kembali alirannya di lingkaran-lingkaran kecil kita setiap pekan! がんばりましょ!!

Komentar