Iqra’, bacalah! Perintah itu tertuang
dalam kitab suci umat islam. Menyadari bahwa itu adalah satu perintah langsung
dari Allah, maka sebagai seorang muslim, membaca menjadi satu kewajiban, itu
prinsip yang senantiasa coba kupegang sepanjang hayat. Hingga seiring
sejalannya waktu, aktivitas membaca ini tidak terbatas pada kegiatan membaca
teks yang tertulis, tetapi juga konteks yang mewujud dalam keseharian di
sekitar kita. Oleh karena itu, membaca menjadi satu aktivitas yang begitu
kompleks dan tidak bisa dilakukan serta merta.
Bagaimana mungkin aktivitas membaca
menjadi satu hal yang sangat kompleks? Kukatakan seperti ini karena aktivitas
membaca bisa menjadi sangat berbeda nilai dan rasanya antara seorang pemula
dengan mereka yang telah terbiasa, terbiasa membaca teks maupun terbiasa
membaca konteks atau fenomena sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, untuk
seorang pembaca pemula seperti diriku ini, komunitas atau lingkungan yang mendukung
aktivitas membaca menjadi sangat penting. Temukan komunitasmu, ledakkan
semangat membacamu!
Proses meledakkan semangat membaca ini
salah satunya kutemui di Forum Lingkar Pena Jawa Timur. FLP Jawa Timur
mempunyai satu program bernama Reading Challenge dengan durasi yang
berbeda di tiap kelas tantangannya. Untuk kelas awal, tantangan masih belum
terlalu banyak dan lebih ditekankan pada tingkat konsistensi membaca tiap
harinya. Pada kelas setelahnya, tantangan dan jumlah halaman buku yang dibaca
juga semakin banyak, semakin berat. Jujur, aku sendiri mengalami kesulitan
mengikuti kelas kedua dan sempat beberapa kali tinggal kelas lantaran tidak
tuntas menyelesaikan tiap tantangan yang ada.
Efek paling besar yang kurasakan setelah
mengikuti program Reading Challenge ini adalah jumlah buku yang bisa
kuhabiskan dalam satu bulan. Jika sebelum mengikuti program ini jumlah buku
yang dapat kuhabiskan berkisar antara 0,25 hingga 0,5, maka setelah mengikuti
program ini buku yang dapat kuhabiskan mencapai 3 – 4 buku. Aku sendiri heran
dengan hal itu, tapi ini kualami sendiri. Lingkungan memberikan pengaruh yang
begitu besar kan? Jadi, jangan sampai salah memilih lingkungan tempat
bertumbuhmu dalam hal apapun!
Soal bertambahnya jumlah bacaan buku di
atas, mungkin bukan satu hal yang layak dibanggakan dan aku yakin ada banyak
orang yang lebih baik mengenai tingkat kecepatan membaca dan bagaimana memahami
bacaan tersebut. Kusampaikan hal itu sebagai satu peluang untuk siapapun bahwa
sesuatu hal yang ada dalam diri manusia dapat diubah, dapat berubah. Tergantung
diri kita pribadi mau dibawa ke mana perubahan itu terjadi. Perubahan ke arah
yang lebih baik kah? Atau perubahan ke arah yang lebih buruk? Semua bergantung
pada niat dan upaya tiap kita.
Bagaimana mungkin semua bergantung pada
niat dan upaya kita? Tentu saja semua bergantung pada hal itu. Karena sejauh
mana niat itu kita gantungkan, maka sejauh itu pula upaya yang akan muncul
karenanya. Sebagaimana dalam hadis arba’in yang pertama, disebutkan bahwa jika
seseorang berniat hijrah lantaran perempuan yang ingin dinikahinya, maka itulah
yang akan ia dapatkan dan hanya sebatas itu saja, tidak lebih! Oleh karena itu,
niat yang lurus dalam proses meningkatkan minat membaca menjadi bahan bakar
utama, agar tidak ciut saat ada orang yang mengejek, atau agar tidak mundur
teratur saat kenyataan tidak sesuai target ideal yang telah direncanakan.
Pada titik ini kemudian kusadari bahwa niat
yang lurus dapat menjadi bahan bakar utama dalam kobar semangat perbaikan diri
termasuk dalam proses membaca. Selain menemukan komunitas yang baik dan niat
yang lurus, ternyata proses belajar membaca ini juga butuh target! Target
inilah yang kemudian menjadi patokan kita dalam memacu seberapa besar upaya
kita agar dapat terus berkembang. Tiga hal inilah yang kemudian kujumpai
mengristal dan berkelindan dalam program Reading Challenge.
Jadi, apa saja yang dapat kuambil
semangat dari program Reading Challenge tersebut? Diantaranya; 1) niatku
senantiasa diuji lantaran sistem pelaporan jumlah bacaan online dengan
basis kepercayaan atau kejujuran, 2) teman-teman yang turut menyemangati
termasuk admin kelas yang setia memperbarui format laporan tiap harinya
menjadi pemacu tersendiri bahwa aku tidak sendiri dalam proses menjaga
konsistensi membaca ini, 3) target berupa tantangan di setiap kelas yang
membuatku berpikir keras bagaimana mengatur tiap kegiatan setiap harinya
termasuk mengatur waktu dengan pekerjaan yang beragam. Sungguh, ini adalah satu
lingkungan yang baik untukku berbenah
diri agar menjadi lebih baik.
Akhirnya aku pun juga menyadari bahwa membaca
teks menjadi bagian yang sangat penting guna mempertajam proses pembacaan
konteks. Hasil membaca teks apapun akan memperkaya khazanah berpikir dan
ketajaman hati kita dalam membaca kehidupan di sekitar kita. Program Reading
Challenge melengkapi proses itu semua, proses membaca teks dan konteks
sekaligus. Aku dituntut untuk membaca buku, tapi dalam waktu yang bersamaan aku
juga dituntut untuk mengetahui betapa teman-teman yang ada di dalam kelas mampu
menuntaskan tiap tantangannya, apa pekerjaannya, bagaimana ia mengatur
kesehariannya, hingga kemungkinan-kemungkinan lainnya yang membuat ia mampu menuntaskan semua
tantangan. Ah, betapa banyak yang berkecamuk dalam program ini!
Akhir kata, apakah kamu masih ragu dan enggan
untuk membaca teks atau buku bacaan apapun itu? Jika terasa sangat berat
untukmu memulainya, maka paksakan diri terlebih dahulu dengan membaca minimal
tiga atau lima halaman tiap harinya. Lalu bersiaplah terkejut karena dalam
sebulan engkau telah menuntaskan membaca 90 halaman. Luruskan niat, tentukan
target, dan temukan komunitasmu untuk semakin meledakkan target-target yang
telah kau buat. Selamat membaca!
Angga Suprapto
06.06.2018
Komentar