Kita [2]

Tiba-tiba ingin menuliskan sesuatu hal saat beberapa waktu lalu usai melihat salah satu video klip buatan akh Wito. Dalam video itu, terdapat beberapa susunan rekam gambar di masa-masa kita berproses. Eh, tak hanya kita. Tapi ada beberapa adek-adek angakatan kita dan beberapa lagi yang di bawahnya. Subhanallah, benar jika rentetan barisan ini akan terus bertambah panjang dan besar. Terlepas dari seperti apa bentuknya, janji Allah itu pasti. Kejayaan islam pasti akan tiba! Hanya keyakinan besar itu yang harus selalu kita hidupkan dalam hati dan jiwa kita masing-masing. Kenapa? Karena dengan berbekal keyakinan itu, kita semua tidak akan pernah patah arang saat kerja-kerja kecil kita dihina, saat kelelahan selalu menghampiri kita, hingga saat putus asa hampir menjatuhkan diri dalam kenistaan. Sungguh, selama keyakinan itu masih menyala dalam hati, Allah pasti akan menjaga hati-hati itu. Insyallah…

Sejenak kembali mengingat memori-memori masa berproses di sekolah. Masa berproses yang mengantarkan kita pada proses yang lebih jauh lagi, pada proses yang lebih serius lagi, pada proses yang tak pernah habis ini, di masing-masing tempat yang kita tuju. Memori-memori saat kita menjadi seorang anak pemberontak kepada orang tua, memori saat kita menghabiskan waktu dengan duduk bercengkerama, memori semangat saat kita semua menjalani proses pendidikan dalam lingkaran-lingkaran diskusi bersama-sama. Ya, sekali lagi kuucapkan kata memori! Karena kita tak pernah menyangka bahwa ternyata di setiap memori kehidupan yang telah kita lewati selalu menyimpan berjuta semangat dan berjuta kenangan yang bertenaga.

Mungkin ada salah satu dari kita atau bahkan lebih dari satu yang saat kalut, langsung teringat seseorang yang dekat dengannya. Atau saat sedang tersandung sebuah permasalahan mungkin kita duduk sejenak dan tiba-tiba datang memori di masa lalu yang dulu pernah mengalami hal yang sama. Mungkin bukan kita yang mengalami masalah itu, melainkan sahabat kita dulu yang mau berbagi dengan kita. Oleh karenanya, selalu ada memori yang bertenaga. Hal lain mungkin yang akan menguatkan memori itu adalah momen atau peristiwa. Ya, sebuah peristiwa yang memberikan memori dan peristiwa itulah yang mendekatkan kita, menguatkan aliran makna di antara kita, mengaitkan hati-hati kita. Peristiwa saat kita menangis bersama, peristiwa saat kita semua tertidur dalam satu tikar, peristiwa saat kita terjatuh dalam “kapal karam”, peristiwa yang menegaskan identitas, peristiwa yang menunjukkan pada kita sebuah jalan berujung entah di mana.

Ya, biarkan saja. Beginilah aku diajari hidup, memaknai hidup, dan membuat hidup kian bermakna. Bahasa dan kata tak akan pernah cukup untuk menuliskan apa yang telah terjadi di antara kita. Karena pada dasarnya, hati kita lah yang merasakannya, memori kita yang merekamnya kuat dan meninggalkan bekasnya di dunia kita. Bahasa keindahan ini terlalu indah untuk dituliskan dengan kata-kata. Cukuplah engkau merasakannya kawan, cukuplah engkau menemukannya dalam labirin-labirin hatimu, dan cukuplah kita menguatkan maknanya dari lantunan do’a di setiap dzikir kita! Aku merindukan masa kebersamaan kita. Tapi sungguh, itu memang hanya akan menjadi masa di saat kita berbaju SMA. Kenapa? Karena saat nanti kita bertemu, tentu sudah tak lagi sama, karena saat kita nanti bertemu, ada peristiwa yang harus kita bangun bersama untuk menambah memori di antara kita hingga hati-hati ini selalu teringat pada-Nya yang telah mengokohkannya!


Yogykarta, 20.05.2011
14.35 WIB

Komentar