Diam

Jika engkau tak bisa mengeluarkan kata-kata yang bermanfaat, maka lebih baik engkau diam. Itu pemahamanku yang kuperoleh dari sebuah hadits Rasul SAW. benar kiranya jika diam itu lebih baik daripada kita mengeluarkan kata-kata yang tak enak didengar oleh orang lain. namun, jika hanya diam tanpa ada makna bagi orang yang diam, maka apakah kemudian diam bisa dikatan emas? 

Nah, di sinilah yang coba kubagi dengan teman-teman bahwa diam tak selamanya emas dan diam bisa menjadi emas. Emas dalam artian bukan barang, melainkan hanya sebuah ungkapan bahwa ini adalah sesuatu hal yang sangat berharga. Lalu, pertanyaan yang mungkin muncul, bagaimana caranya membuat diam yang emas?

Menurut pandangan saya, diam yang emas merupakan diam yang menghasilkan satu pikiran. Dengan kata lain, dalam diamnya kita itu, kita tetap bisa menghasilkan hal yang bermanfaat minimal untuk diri kita sendiri. Sebagai contoh, dalam diam saat kita marah atau saat menghindari sesuatu hal yang kurang bermanfaat, maka lebih baik saat kita diam itu kita memikirkan sesuatu hal. Bisa saja teman-teman mencari ide untuk membuat suatu tulisan atau bahkan mempertanyakan kembali ke diri kita masing-masing sejauh mana ilmu yang kita miliki, kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan selama seharian tadi dan pikiran-pikiran lainnya.
Pada titik inilah saya kemudian berpikir. Ternyata poin inilah yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Kita dianugerahkan akal agar bisa berpikir dan mengambil tindakan yang sekiranya membawa manfaat untuk diri kita. Lalu, saya kembali berpikir dengan kejadian selama ini yang mungkin saya masih termasuk orang yang belum paham diantara teman-teman di sekelilingku saat itu. Ya, dalam kejadian yang beruntun itu ternyata saya memilih untuk diam dan coba untuk mencernanya sendiri. Saya mengambil poin-poin pemahaman dan merangkainya sendiri dalam otakku.

Namun, perlu dicermati bersama bahwa tindakan merangkai pola pemahaman ini sendirian akan lebih cenderung membawa satu efek negatif. Kenapa? Hal inilah yang perlu disadari lagi bahwa kebenaran itu tidak mutlak karena pendapat kita sendiri. Kebenaran adalah sesuatu hal yang juga "disepakati" oleh orang lain. Lalu, kebenaran mutlak hanya semua hal yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Di bagian ini, saya menemukan efek dari diamku dan polaku merangkai pemahaman itu sendiri. Ada beberapa hal yang perlu dimintai penjelasan kepada orang lain.Ada pula yang mengancam gerak langkahku selama ini karena ternyata masih ada kata tidak paham dalam otakku. Sampai titik yang selanjutnya ini, aku kembali diam. Diam untuk merenungi kembali kejadian yang selama ini kulakukan. Diam untuk kembali menemukan serpihan-serpihan yang terserak oleh badai yang dalam otakku.

Kawan, mari sejenak diam untuk menemukan momentum kebaikan yang lebih dahsyat daripada sekedar mengumbar kata tanpa makna.

Komentar