Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan

Judul ini menarik perhatianku akhir-akhir ini. bukan karena saya tertarik dengan bahasan ini, melainkan tugas dari seorang teman yang memintaku untuk membuat TOR kepada salah satu lembaga negara yang cukup konsen pada bahasan ini. meski demikian, saya merasa senang karena kini jadi sedikit lebih mengerti akan arti penting pembahasan masalah ini.

Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan. bahasa keren dari istilah ini yakni Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation lalu diringkas menjadi REDD+. nah, inilah yang menyedot perhatian dunia saat ini khususnya para aktifis lingkungan hidup. rumusan pemikiran ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2005 hasil dari pertemuan Konferensi Para Pihak ke-11 di Montreal (COP 11). sayangnya, negara kita termasuk negara yang "lamban" dalam merespon isu lingkungan ini. baru saja ketika Indonesia menjadi tuan rumah dalam pertemuan COP 13 di Bali, media berbondong-bondong mengusung isu ini. syukurlah, sampai sekarang masih ada beberapa media yang konsisten mengusung isu lingkungan ini.

lebih mengejutkan lagi saat kita menyadari bahwa presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan target Penurunan Emisi tahun 2020 sebesar 26% pada sebuah pidatonya dalam kuliah umum di Berlin tanggal 16 Desember 2009 lalu. selain itu, beliau menyebutkan mampu mengurangi emisi hingga 41% jika mendapat bantuan dari dunia internasional. jujur, bagi saya, seorang praktisi lingkungan, ini menjadi hal yang sangat menantang. mengingat banyaknya faktor yang akan mempengaruhi proses pencapaian angka penurunan emisi tersebut. Ini menjadi lebih krusial lagi manakala masih banyaknya angka korupsi, mental pemimpin yang buruk, rendahnya kesadaran masyarakat mengenai lingkungan, hingga terkuaknya praktek mafia di berbagai sektor kehidupan negara kita.

Ya, mungkin akan lebih baik bila kita mengambil sikap optimis atas kebijakan itu. Dengan berpijak pada misi yang sudah ditentukan itu, kita bisa menetapkan langkah-langkah yang akan kita ambil. target-target jelas dan terperinci di setiap tahunnya. dengan demikian, kita bisa meyakinkan dunia internasional akan kemampuan kita dalam mengatur dan mencapai target itu. terlepas dari segala kekhawatiran yang mungkin ada, masing-masing kita harus mengambil peran sesuai bidang kita. Entah sebagai status media massa, sebagai akademisi, sebagai praktisi, ataupun sebagai pebisnis. dengan penuh keyakinan, kita bisa bahu membahu mewujudkan target dari pemimpin kita, Susilo Bambang Yudhoyono, di atas.

Allahua'alam

Komentar