bibit untukmu


Bibit itu tumbuh bersama hara yang menyertainya. Tentunya, dengan ijin dari Sang Esa. Beberapa waktu lalu aku mengumpulkan biji yang terserak dari satu pohon trembesi yang tumbuh di taman timur kampusku. Tak peduli apakah biji itu baik atau buruk. Aku juga tak berpikir apakah biji itu benar-benar tumbuh atau tak mampu tumbuh. Aku hanya mengumpulkannya. Lalu memberikan perlakuan yang sama layaknya menyiapkan biji itu tumbuh.
Kurang lebih dua hari biji itu kutabur dan kusiram tiap pagi dan sore. Alhamdulillah, muncul satu persatu dari permukaan tanah. Ya, biji itu tumbuh. Perlakuan yang kuberikan tetap sama, menyiraminya, dan berharap bibit ini terus tumbuh. Hari demi hari, satu persatu daun bermunculan. Indah. Sore hari daun itu menutup dan pagi harinya daun itu tampak segar dan memancarkan kesegaran. Subhanallah, ini benar-benar kuasa Allah.
Aku mendengar ada kabar gembira dari seorang kakak. Dia akan “menuai” jerih payahnya dalam merawat tanaman. Alhamdulillah, ucapku lirih. Allah mengijinkan kakakku itu menuai “tanaman” yang dirawatnya selama ini.
Lalu, kukirimkan bibit pohon trembesi itu padamu. Benar, jika dirasa itu sangat tidak berarti. Bisa jadi benar, bibit itu tak bermanfaat untuk kalian berdua yang sedang berbahagia. Namun, ada harap besar yang tersimpan dari proses tumbuhnya itu. Ada keindahan tak terucap dari helai daun-daunnya. Rahasia satu ini, kutemukan saat aku benar-benar ada pada titik terdekat dengan proses kehidupan. Semoga kita menemukan yang lebih dahsyat lagi saat kita lebih dekat dengan Dia yang memberi kehidupan.
Bibit itu memang tak mampu mewakili semua proses panjang yang telah kalian lalui. Namun, bibit itu sedikit memberiku gambaran bahwa sejatinya selama ini kita berproses layaknya bibit itu. Kita dikumpulkan dari pohon yang sama dengan status siswa SMA 1 Magetan. Lalu, kita dikumpulkan dan ditanam dalam wadah bernama Rohis SMA 1 Magetan. Perlahan, tampaklah bermunculan bibit-bibit baru itu. Dan yang bernama sebuah proses kehidupan, niscaya ada yang namanya kematian. Ah, kurasa kalian lebih jago dalam menafsir semuanya.
Dan kurasa tak ada kata terindah selain doa untuk mempelai berdua, Barakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa jama’a bainakuma fi khairin. Buat kakakku, jazaakumullahu khairan katsiran atas semuanya. Kini bibit yang ditanam itu telah menjadi pohon dan siap untuk memunculkan bibit-bibit yang lebih baik! Selamat berjuang! Mohon doanya, semoga bisa segera menuai “tanaman” yang telah kurawat selama ini. ^_^
‘afwan tidak bisa hadir dalam proses sakralnya.

Komentar