Forestry
Study Club (FSC). Inilah organisasi yang kurasa memang sudah kurencanakan untuk
tergabung sejak awal kuliah di kehutanan. Entahlah, mungkin ini efek dari
kuliah yang kujalani sebelumnya yang notabene kecenderunganku memang lebih ke
arah kelompok studi. Jika sebelumnya adalah Humanika, nama kelompok studi yang
kuikuti, maka sekarang adalah FSC. Pengelolaannya memang tak jauh beda. Hanya
saja, nama FSC lebih membuatku terpukau karena saat masih di Humanika, nama ini
seringkali disebut sebagai lembaga percontohan dalam geraknya. Wow, ini
kesempatanku untuk tergabung ke lembaga primadona, pikirku saat itu.
Saat pertama
kali melihat logo yang terpampang di pamflet publikasi rekruitmen, pandanganku
langsung tertarik ke tulisan “cerdas dan bermoral”. Ih, tulisan ini sangat
mengganggu!, lagi-lagi pikirku saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu
aku tergabung dalam kelompok studi ini, kata-kata itu begitu berarti. Cerdas
dan bermoral. Betapa berartinya kata-kata itu. Bukankah demikian juga
menurutmu?
Cerdas, kata
ini begitu berarti dan lebih berarti dari “sekedar” kata pintar. Menurut kamus
umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, pintar bersinonim dengan pandai yang
artinya adalah tidak bodoh, sedangkan kata cerdas, masih menurut kamus yang
sama, berarti sempurna perkembangan akal dan budinya. Benar-benar kata cerdas
ini lebih dari kata pintar bukan? Sedangkan moral artinya adalah baik buruk
perbuatan dan kelakuan. Jadi, saat kita mengedepankan moral, maka kita selalu
mempertimbangkan nilai baik dan buruk atas perbuatan tersebut. Nah, lantas
bermoral itu bagaimana?
Bermoral. Imbuhan
ber- yang berada sebelum kata moral, definisinya lebih mengarah kepada ‘memiliki’.
Jadi, bermoral dapat diartikan dengan ‘memiliki moral’. Benar-benar kata yang
mempunyai arti penting bukan? Cerdas dan bermoral! Betapa harapan yang
diseamtkan begitu tinggi kepada anggota FSC secara keseluruhan? Harapannya,
anggota yang terbentuk adalah anggota yang tidak hanya cerdas, tetapi juga
bermoral, memiliki pertimbangan baik dan buruk dalam setiap melakukan satu
perbuatan.
Hanya saja,
beberapa waktu ini kata ‘be excellent!’ seolah menjadi jargon utama dari
kata cerdas dan bermoral itu sendiri. Para anggota baru seolah tak mengenal
tulisan yang terpampang di logo FSC. Mirisnya, beberapa waktu lalu saat
kutanyakan hal ini kepada salah satu Pengurus Harian FSC, dia tidak tahu
tulisan apa yang terpampang dalam logo FSC. Akankah kata penuh makna itu
tergantikan dengan kata yang filosofinya tak begitu kuat mengakar?
Kata itu disebut jargon. Sebuah jargon yang bukan sembarang jargon, melainkan jargon
penyemangat dan ideologis. Jargon dalam gerak, dalam mendongkrak semangat dan
proses pembentukan karakter generasi bangsa. Jargon yang juga memberikan arahan
serta harapan tinggi untuk para anggotanya. Cerdas dan Bermoral, akankah
terganti dengan yang lain?
Komentar