Apa peran kita?


Momentum. Satu peristiwa yang biasanya mempunyai makna penting atau layak untuk diingat dan tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Begitu pun peristiwa yang akan terjadi di tingkat Universitas Gadjah Mada dan fakultas Kehutanan tahun ini. Ya, peristiwa itu adalah pemilihan rektor dan pemilihan dekan. Peristiwa ini menjadi suatu momentum berharga lantaran ini hanya berlangsung dalam kurun waktu lima tahun sekali. Lalu, apa pentingnya kita sebagai mahasiswa mencermati itu semua?
Bagi saya, selaku mahasisa fakultas Kehutanan UGM, momentum ini menjadi hal yang sangat berharga untuk sekedar dilewatkan begitu saja. Betapa tidak? Kita sebagai mahasiswa yang rata-rata memiliki masa studi selama empat tahun berkesempatan untuk turut menjadi saksi atas perguliran pemimpin tingkat universitas sekaligus tingkat fakultas.
Sebagaimana kita ketahui, momentum pergantian pemimpin, dalam tingkat apapun, pasti selalu diwarnai dengan gegap gempita “perayaan”. Baik itu berupa pemilihan langsung, musyawarah besar, dan berbagai nama lainnya yang menjadi penciri dari suatu lembaga tersebut. Titik tekannya di sini bukan pada namanya, melainkan pada satu momentum yang senantiasa diperingati dengan gegap gempita tersebut.
 “Perayaan” itu menjadi poin yang penting. Bukan karena ingin merayakan lengsernya seorang pemimpin yang diktator atau sebutan apapun untuk pemimpin yang tidak disukai, melainkan proses pemilihan dan penentuan masa depan dari lembaga itu sendiri. Maka dari itu, bagi orang-orang yang sadar, pasti tidak akan menyiakan satu momentum berharga ini.
Sebagai mahasiswa, setelah kita mengetahui adanya momentum ini, lantas apa yang dapat kita lakukan? Apakah kita bisa bersuara di meja perundingan pemilihan rektor maupun dekan tersebut? Apakah kita mampu memberikan pengaruh yang signifikan pada gegap gempita pemilihan pemimpin lima tahun sekali itu?
Tentu! Kita bisa memberikan pengaruh pada proses pemilihan rektor maupun dekan itu meski mungkin tidak begitu signifikan bila dibandingkan dengan para aktor pengambil kebijakan di atas sana. Paling tidak, kita bisa memberikan gambaran kepada para pengambil kebijakan mengenai orang-orang yang akan menjadi rektor. Melalui apa? Tentu saja bisa melalui media, melalui seminar, atau melalui acara apapun itu yang secara tidak langsung ataupun langsung bisa menggambarkan kompetensi dari para calon rektor maupun calon dekanat tersebut.
Adakah cara lain yang lebih baik dari itu? Kurasa akan selalu ada cara yang lebih baik dan bisa jadi lebih signifikan pengaruhnya. Apakah itu?

Komentar