Sektor Kehutanan dalam PDB

Kuliah pertama bersama dosen yang terkenal dengan "kenakalannya", Agus Afianto yang lebih akrab dipanggil Mas Picus. Kuliah Dasar-dasar Ekonomi Kehutanan. Sebelum kuliah pernah tebersit mengenai bahan ajar yang akan didiskusikan. Kurasa akan sangat membosankan, terkaku dalam hati. Namun, itu segera kutepis mengingat dosen yang satu ini kuyakini mampu membuat kelas menjadi hidup dan tidak monoton. Yap! Dalam beberapa menit pertama kuliah dan begitu pun seterusnya hingga kuliah berakhir, Mas Picus mampu mengarahkan kelas sehingga suasana lebih hidup dan niscaya untuk bisa memejamkan mata meski sejenak.

Kehutanan sebagaimana kita ketahui merupakan satu sektor yang cukup diperhitungkan di negara kita, Indonesia, terlepas dari seberapa besar porsi diperhitungkannya itu. Layaknya sektor yang lainnya, kehutanan juga diperhatikan dari tingkat "sumbangannya" terhadap nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Namun, sebelum jauh membahas mengenai besaran "sumbangan" tersebut, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu ada berapa jenis produk yang dihasilkan dari sektor kehutanan itu sendiri.

Secara umum, produk yang dihasilkan dari sektor kehutanan terdiri dari produk barang (goods product) dan produk jasa (service product). Produk barang merupakan hasil hutan yang berwujud benda dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam kegiatannya. Misalnya; kayu, getah, minyak, madu, dll. Adapun produk jasa merupakan hasil hutan yang tidak bisa secara nyata disentuh oleh manusia, tetapi manfaatnya dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya; oksigen, penyerapan karbon, penyimpanan karbon, fungsi tata air, pengendalian erosi, dll.

Begitu banyak produk yang dihasilkan dari sektor kehutanan. Manfaatnya pun juga bisa dirasakan oleh banyak orang dan tidak terbatas pada wilayah dan waktu, jika hutan tetap lestari. Namun, pertanyaan besarnya adalah mengapa sumbangsih sektor kehutanan masih saja kecil terhadap PDB nasional?

Sebagaimana dilaporkan dalam siaran pers kementrian kehutanan, besar sumbangsih sektor kehutanan terhadap PDB sejak tahun 2005 hanya 1% dan menurun menjadi 0,8% pada tahun 2009. Dengan nilai seperti itu, bisa jadi kehutanan memang akan selalu dipandang remeh dan tidak akan menjadi sektor prioritas dibandingkan dengan sektor lainnya. Meski menurut berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan pertama tahun 2011 sektor kehutanan masuk ke dalam urutan pertama terkait sumbangsih terhadap PDB, akan tetapi kehutanan akhirnya memang tidak lebih dari sub-bagian sektor pertanian.

 Betapa kecil kehutanan dalam kaitannya dengan sektor perekonomian khususnya sumbangsih terhadap PDB. Apakah dengan demikian kehutanan tidak akan pernah menjadi prioritas dalam pengelolaan maupun pengambilan kebijakannya? Lantas, adakah sebabnya sektor kehutanan "selalu" memberikan nilai sumbangsih yang rendah seperti itu?

[insyaAllah disambung di tulisan berikutnya]

Komentar