Kajian Manhaj

Dengki: pangkal penentangan. Al-walid bin Al-mughirah berkata: "bagaimana mungkin diturunkan kepada Muhammad, tidak kepadaku, sedangkan aku yang menjadi pembesar dan pemimpin suku Quraisy, tidak diberikan kepada Abu Mas'ud, sedang kami berdua yang menjadi para pembesar dua negeri."

Begitu salah satu cuplikan kajian ahad sore ini (16/12) di Masjid Mardliyah. Kajian rutin yang sudah lama terselenggara di sekitar kampus UGM. Banyak mahasiswa yang menghadirinya dan lebih sering dikenal dengan Kajian Manhaj.

Dalam kajian ini pula, dapat ditemui beberapa tokoh kampus yang tak asing. Ada presiden BEM, ketua kelompok studi, aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan tentunya ketua-ketua Sie Kerohanian Islam (SKI). Hal itu hanya efek samping dari mengikuti kajian manhaj tiap ahad sore di Masjid Mardliyah ini. Esensinya adalah Thalabul 'ilmi dan selebihnya kita serahkan kepada Maha Penilai saja.
Selebihnya, temukan kejutan-kejutan dan efek samping lainnya dengan langsung menghadiri kajian manhaj ini. Live report, Ust. Sholihun tengah menyampaikan shiroh tentang pemboikotan orang mekkah terhadap kaum muslimin.

Saya baru menyadari bahwa bahasan sore ini adalah tentang shiroh yang saya sendiri kurang begitu pandai dalam mengingat kisah shiroh. Meski demikian, saya menyadari bahwa shiroh memiliki peran penting dalam proses pemahaman atas perjalanan panjang islam. Pun tentang sejuta hikmah yang terkandung di dalamnya.

Suasana Kajian Manhaj
Pelajaran dari kajian shiroh hari ini:
1. Diantara cara bijak para da'i menghadapi ahlul batil adalah dengan argumentasi dan bukti, serta mendakwahinya dengan berangkat dari realitas yang mereka alami, tidak boleh menyikapi siksaan dengan siksaan, makian dengan makian.
2. Seorang muslim tidak boleh tunduk dan bertahan dengan gangguan jika mampu membalasnya, atau ada orang yang membantunya menangkis siksaan itu.
Untuk itu, ilmu dan akhlak menjadi bagian penting dari seorang muslim. Keduanya beriringan sehingga dapat membuat satu frekuensi gerak yang bagus. Satu motor berkekuatan tinggi sebagai bekal gerak dalam dakwah.
Satu pertanyaan pun terlontar dan jawab bersambut --> menang yang sejati adalah saat banyak orang yang berduyun-duyun masuk ke dalam islam, saat masjid-masjid penuh dengan jama'ah sholat. Adapun kekuasaan adalah salah satu bagian penting tetapi itu bukan tujuan utama.

Komentar