Jama’ah tak ubahnya sebuah organisasi yang
mempunyai tujuan tertentu. Sehingga jama’ah
merupakan sekumpulan orang yang terikat dalam satu wadah dengan visi dan tujuan
yang sama. Dengan demikian, menjadi hal yang beralasan bagi seseorang untuk
bergabung dan tergerak dalam satu wadah bernama jama’ah.
Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan,
seolah-olah mereka itu adalah satu bangunan yang tersusun rapi [Q.S. Shaf:4].
Allah telah
menyampaikan dalam kitab suciNya. Saya pun yakin setiap orang yang ingin
mendapatkan ridho Allah niscaya mengikuti apa yang telah tertuang dalam kitab
suci [al-qur’an]. Dengan demikian, pilihan untuk berjama’ah menjadi satu pilihan yang tidak bisa seenaknya atau bebas
untuk tidak memilih. Tapi dalam hal ini, kita semua yang mengaku beriman harus
memilih. Jika pun ada orang yang masih enggan untuk memilih tergabung dalam
sebuah jama’ah, maka sejatinya mereka
yang tidak memilih itu pun tengah membuat jama’ah
baru bernama jama’ah “tidak memilih”.
Dan orang-orang kafir
itu sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak
melakukannya, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang
besar. [Q.S.8:73]. Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan
yang terorganisir dengan baik [Ali ra.]
Bahkan orang-orang yang
hendak menjatuhkan islam pun membangun satu jama’ah
tersendiri. Betapa mengenaskannya kita bila tidak segera berjama’ah? Sama halnya kita menyerahkan
diri tanpa ada pengaruh yang berarti. “Maka hendaklah kamu berjama’ah, sebab serigala itu suka
memangsa kambing yang bersendirian.” [sunan an-nasaaiy]. Akhirnya, berjam’ah
atau tidak bukan lagi menjadi sebuah pilihan melainkan sebuah kebutuhan hidup
sebagai manusia ciptaan-Nya.
Dan (bagi) orang-orang
yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. [Q.S.42: Asy-syura: 38]
Bila kita berbincang
mengenai jama’ah, maka tak lepas
dengan kebutuhan yang mengikutinya yakni syura.
Dengan demikian, saat sudah ada sekumpulan manusia di satu tempat tertentu,
maka muncul pertanyaan, bagaimana mereka akan mengambil keputusan atau
kebijakan untuk mengatur mereka? Di sinilah peran syura / musyawarah yang disebutkan Allah dalam surat asy-syura: 38. Jama’ah tanpa syura
ibarat sayur tanpa garam. Selain itu, tanpa syura,
tentu akan terjadi kekacauan dalam jama’ah
tersebut. Jadi, syura sangatlah
penting digunakan dalam kehidupan jama’ah.
Bisa dibilang juga bahwa syura adalah
mesin dari jama’ah.
Angga Kusuma
Komentar
nais pos...
terus ambil makna, dan tebarkan makna tersebut.
salam ukhwah kawan..
*katanya ilmu psikologi sih gitu*
salam ukhuwah juga.. wassalamu'alaikum wr wb
@iboy; iya, makanya jadi warnanya tampak jelas.. jadi ingat jargon UGMSolidarity, "tegas dalam bertindak harmonis dalam bergerak"