Antropologi

Mengambil kuliah antropologi di Fakultas Ilmu Budaya. Saya teringat dengan beberapa masa lalu ketika masih berstatus mahasiswa di fakultas ini. Begitulah, nostalgia tak akan habis kalau dibahas dan diurai satu per satu. Lalu, kali ini hanya ingin menyampaikan ringkasan singkat tentang keberadaan antropologi secara teori dengan antropologi terapannya di beberapa bidang yang terkait. 

Pertama, kalimat yang selalu diulang-ulang oleh Bapak dosennya di kuliah yang baru dua kali ini adalah antropologi merupakan ilmu yang luas dan bisa masuk ke semua segmen kehidupan. Ada antropologi ekologi, antropologi kesehatan, ekonomi antropologi, psikologi antropologi, dst. Jadi berpikir lalu apa spesialnya antropologi jika bisa begitu luas dan masuk ke semua segmen kehidupan?

Pertanyaan itu mungkin bisa terjawab dengan spesialisasi yang hendak dipilih oleh para antropolog muda yang tengah menempuh studi. Sama halnya seperti kuliah yang kini kutempuh dimana mahasiswanya lebih cenderung kepada antropologi ekologi. Di fakultas ilmu budaya ada mata kuliah antropologi ekologi, begitu pun di fakultas kehutanan. Namun saya sangat yakin bahwa perspektif atau cara pandangnya cukup berbeda. Maka dari itu, saya ingin mendalami antropologi ekologi langsung dari salah satu sumbernya, yakni antropologi. 

Ada seorang kawan saya di kehutanan mengatakan bahwa saya tidak fokus. Padahal semakin naik jenjang pendidikan, tuntutan untuk lebih fokus itu tinggi. saya memahami kekhawatiran kawan saya itu karena ia becermin pada seorang kawan lainnya yang konsep ilmu kehutanannya dirombak selama kuliah di antropologi. Kemudian saya hanya  bisa mengucapkan terima kasih pada kawan itu atas nasehatnya. Salah satu upaya untuk tetap menjaga keilmuan kehutanan, program studi mayor saya tetap di fakultas kehutanan, bukan di fakultas ilmu budaya. 

Kedua, Bapak dosen juga menekankan untuk menggunakan perspektif seorang antropolog selama mengikuti mata kuliah ini, Dinamika Ekologi dan Sosial Budaya. Bisa jadi berawal dari titik inilah konsep perombakan ilmu kehutanan itu diubah menjadi antropolog sentris. Meski demikian, saya tetap berusaha nyaman dan menikmati perjalanan mata kuliah ini. 

Sikap Bapak dosen yang seperti itu, menurut saya, merupakan sikap menutup diri pada dinamika kelas yang mungkin terjadi atau bahkan perkembangan-perkembangan yang sangat mungkin ada selama proses belajar di kelas. Hasil pembacaan makalah teori dan praktek tentang antropologi lingkungan sedikit memberikan gambaran bahwa relasi antropologi dengan bidang keilmuan lain sangatlah kuat. Terlepas dari bidang ilmu apa yang menjadi faktor utamanya. 

Akhirnya, proses penyerapan informasi ini masih akan terus berlanjut. Lalu, mari kita cermati bersama seperti apa dinamika kuliah lintas fakultas ini berkembang. Semoga benar-benar memberikan ilmu yang bermanfaat dan lebih komprehensif karena menggunakan perspektif yang lebih luas dalam memandang suatu permasalahan atau hal. 

Komentar